Obati Penyebab Demam
Demam merupakan gangguan kesehatan yang paling banyak diderita
anak-anak, di samping diare, batuk, dan pilek. Namun tak banyak
orangtua yang memahami benar, bila anaknya terserang demam, padahal
demam pada anak bisa juga merupakan salah satu proses tumbuh kembang
anak. Untuk meningkatkan pemahaman orangtua terhadap kesehatan anak,
Yayasan Orangtua Peduli (YOP) didukung oleh WHO (World Health
Organization) Indonesia dan Jurnal Bogor mengadakan PESAT (Program
Edukasi Kesehatan Anak Untuk Orang Tua), salah satu bahasannya
mengenai seluk-beluk demam. Berikut ini bahasan tentang demam yang
dipaparkan oleh dr. Yulianto Santoso K.
1. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan demam?
Demam adalah kenaikan temperatur tubuh. Di mana ini suatu gejala,
bukan penyakit. Anak anda dikatakan demam bila diukur dengan
termometer menunjukkan suhu 37,8 hingga 39 derajat celcius atau demam
ringan, dan 39 hingga 40 derajat celcius atau demam sedang. Keduanya
bermanfaat bagi tubuh. Jika demam lebih dari 40 derajat celcius
disebut demam tinggi, namun tidak berbahaya, hanya menimbulkan
ketidaknyamanan. Demam akan dikatakan bahaya bila lebih dari 42
derajat celcius.
2. Lalu, berapa suhu tubuh yang normal?
Setiap anggota tubuh tersebut memiliki temperatur yang berbeda-beda.
Pengukuran suhu tubuh bisa dilakukan di ketiak, mulut, ataupun anus.
Suhu normal pada ketiak 34,7 hingga 37,3 derajat celcius. Pada mulut,
suhu normalnya 35,5 sampai 37,5 derajat celcius. Sedangkan di anus
berkisar antara 36,6 hingga 37,9 derajat celcius.
3. Apa penyebab terjadinya demam?
Demam disebabkan adanya zat di dalam tubuh yang membuat tubuh
meningkatkan set point atau nilai ambang batas suhu tubuh. Zat ini
disebut pirogen. Pirogen ini dapat dihasilkan oleh virus, komponen
bakteri, kerusakan jaringan, toksin, obat bahkan penyakit otoimun.
Karena itu kita harus menentukan penyebab demam. Sebagian besar demam
pada anak disebabkan infeksi virus yang self limiting atau sembuh
dengan perjalanan waktu.
4. Kemudian seperti apa respon tubuh dalam proses demam?
Dengan kenaikan set point akibat pirogen, maka tubuh akan berusaha
mencapai set point yang baru dengan menghasilkan panas dan menjaga
agar panas yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Proses
menghasilkan panas dilakukan dengan menggigil, sehingga otot
menghasilkan panas. Kemudian panas dijaga agar tidak keluar dengan
mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi), sehingga suplai darah
akan berkurang di sekitar tangan dan kaki. Makanya mengapa saat tubuh
menggigil untuk menghasilkan panas, tangan dan kaki anak terasa
dingin. Hal ini untuk menjaga agar panas yang dihasilkan tidak
terbuang ke luar tubuh.
5. Benarkah demam selalu merugikan?
Pernyataan tersebut tak sepenuhnya salah. Memang di satu sisi demam
mempunyai dampak yang merugikan karena dapat menyebabkan kejang dan
dehidrasi. Namun, di sisi lain dengan suhu tubuh yang meningkat,
membuat sel darah putih yang berguna sebagai pertahanan tubuh bekerja
lebih aktif untuk membunuh kuman yang masuk dalam tubuh. Sehingga
dengan demam, kuman tidak berkembang lebih cepat.
6. Lantas apa tindakan yang tepat saat anak demam dengan kaki dingin
disertai kejang? Apakah langsung diobati?
Saya harap dengan adanya pembahasan ini, tidak ada alasan orangtua
untuk takut saat anak demam, tangan-kaki anak terasa dingin, atau saat
anak kejang saat demam. Sebab, semua itu ada penjelasan secara ilmiah.
Jangan obati demam, tetapi cari tahu penyebabnya. Dengan pengetahuan
yang tepat serta memadai mengenai demam dan masalah kesehatan lainnya
tentunya akan memberikan manfaat terbesar dalam tumbuh kembang anak.
Kekhawatiran berlebihan tentang demam akan membawa anak terpapar pada
pengobatan yang tidak perlu.
Untuk mengetahui topik demam lebih lanjut, dr. Purnamawati, SpAk,
MMPed sebagai pembicara seminar akan mengulasnya pada PESAT 2 Bogor
Sesi I, tanggal 16 Mei 2009. Pada acara ini akan dijelaskan mengenai
informasi kesehatan seputar kesehatan anak dengan pesan yang jelas dan
dapat dimengerti menuju pengobatan rasional. Karena anak-anak kita
berhak atas standar pengobatan yang terbaik.
Sumber : Jurnal Bogor, Senin 4 Mei 2009, (hal. 20)
Monday, March 5, 2012
Jangan Obati Demam, Obati Penyebabnya!
2:02 AM
No comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment