Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara , dapat juga bersifat permanen.1
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat berikut :
a) Dapat dipercaya
b) Tidak menimbulkan efek yang dapat mengganggu kesehatan
c) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
d) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus
e) Tidak memerlukan motivasi terus menerus
f) Mudah penatalaksanaannya
g) Murah harganya
h) Dapat diterima penggunannya oleh pasangan yang bersangkutan.1
. Jenis –jenis kontrasepsi
A. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau obat
a) Sanggama Terputus
Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa akan terjadi ejakulasi disadari sepenuhnya oleh sebagian besar pria, dan setealah itu masih akan ada waktu sekitar 1 detik sebelum ejakulasi terjadi.
Keuntungannya cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, relative aman bagi wanita. Kekurangannya dibutuhkan pengendaliaan diri yang besar dari pihak pria, beberapa pria kadang tidak bisa melakukan cara ini, cara ini dapat menimbulkan neurasteni, memngganggu kepuasan berhubungan.
Kegagalan biasanya disebabkan :
· Adanya praejaculatory fluid yang mengandung sperma, apalagi pada koitus berulang.
· Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
· Pengeluaran semen di dekat vulva.
b) Pembilasan pasca sanggama ( postcoital douche )
Pembilasan vagina dengan air biasa atau tambahan larutan obat segera setelah koitus untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Namun, cara in I hanya dalam batas- batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besara sudah memasuki serviks uteri.
c) Pantang Berkala ( rhythm method )
Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan suami isteri pada masa subur isteri. Masa subur yang juga disebut “ fase ovulasi “ mulai 48 jam sebelum ovulasi dan dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Untuk menetukan masa subur istri dipakai 3 patokan, yaitu :
1. Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang
akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48
jam setelah ejakulasi.
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Jadi jika konsepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari minimal 3 hari ( 72 jam ), yaitu 48 jam sebelum ovulasidan 24 jam sesudah ovulasi terjadi.
Kesulitan cara ini adalah menetukan waktu yang tepat untuk waktu ovulasi. Pada wanita dengan daur haud tidak teratur sulit menentukan saat terjadinya ovulasi. Pada wanita dengan daur haid teratur pun bisa karena suatu sebab seperti karena sakit ovulasi tidak datang seperti waktu yang ditentukan.
Pada wanita dengan daur haid tidak teratur tetapi dengan variasi yang tidak jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan dimana daur haid terpendek dikurangi dengan 18 hari dan daur haid terpanjang dengan 11 hari. Dua rentang yang didapat adalah masa subur, dalam masa subur tersebut pantang senggama. Masa aman adalah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Untuk itu, wanita tersebut harus punya catatan tentang lama daur haidnya minimal 6 bulan atau lebih baik jika satu tahun penuh.
Cara ini akan lebih tinggi efektivitasnya jika dibarengi pula dengan pengukuran suhu basal badan. Dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan naik lagi samapi tingkat lebih tinggi dari tingkat sebelum ovulasi., dan teteap tinggi sampai terjadinya haid. Bentuk grafiknya adalh bifasik dengan dataran pertama lebih rendah dari dataran kedua, dengan saat ovulasi diantaranya.
Pengukuran dilakukan sesudah haid terakhir hingga haid berikutnya. Diukur saat bangun pagi sebelum melakukan pekerjaan apa-apa. Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan pantang berkala dapat diukur efektifitasnya. Akan tetapi ada beberapa factor yang dapat menikkan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, seperti infeksi, kurang tidur, minum alkohol, dsb.
Kerugiannya panta ng yang terlamapau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet vagina sewaktu senggama.
Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100tahun-wanita, daya guna pemakaian 20-30 kehamilan per 100 tahun-wanita.
d) Perpanjangan masa menyusui ( Prolonged lactation )
Perpanjangan masa menyusui merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan pemberian asi pada bayinya. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin akan menghambat ovulasi dan memeperpanjang amenorea post partum. Metode efektif jika menyusui secara penuh, usia bayi kurang dari enam bulan dan belum mendapat haid. Namun ovulasi akan terjadi mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi, maka konsepsi dapat terjadi dalam keadaan amenorea.
B. Kontrasepsi secara mekanis untuk pria ( Kondom )
Kondom adalah perisai dari penis sewaktu koitus yang menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah. Bentuk kondom adalh slindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang erbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat spermatisida. Ada 2 jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit dari usus domba, kondom karet lebih elastic, murah sehingga lebih banyak dipakai.
Keuntungannya adalah murah, mudah didapat, tidak memerlukan pegawasan dan dapat melindungi dari penyakit kelamin, Kerugiannya dalah terkadang kondom dianggap sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu koitus dan pada sejumlah kecil kasus dapat timbul reaksi alergi terhadap kondom karet. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom adalah bocor atau koyak atau tumpahnya sperma karena penis tidak dikeluarkan segera setelah ejakulasi, pelumas kurang.
Daya guna teoritis adalah 3 kehamilan per 100tahun-wanita, daya guna pemakaian 15-36 kehamilan per 100 tahun-wanita. Hal-hal yang berpengaruh antara lain pemakaian yang tidak teratur, motivasi, umur, paritas, status sosio ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian kondom adalah sebagai berikut :
1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam keadaan ereksi.
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma. Pada kondom yng mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah terjadiya robekan
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya sperma tidak tumpah.
C. Kontrasepsi secara mekanis untuk wanita
a) Diafragma vaginal
Diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis di pinggirnya. Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan samapi sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya.
Diafragma vaginal dianjurkan pada kondisi :
1. Keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik
2. Jika frekuensi moitusnya tidak seberapa tinggi, sehingga tidak diperlukan perlindungan terus menerus.
3. Jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan sementara karena sesuatu sebab.
Pada keadaan tertentu diafragma vagina tidak dibenarkan seperti :
1. Sistokel yang berat
2. Prolapsus uteri
3. Fistula vagina
4. Hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus.
Kekurangannya :
1. Diperlukan motivasi yang cukup kuat
2. Umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar
3. Tingkat kegagalan lebih tinggi dari daripada AKDR atau pil
Keuntungannya :
1. Hampir tidak ada efek samping
2. Dengan pemakaian yang baik dan teratur, hasilnya cukup memuaskan.
3. Dapat diapakai sebagai pengganti pil atau AKDR.
Cara pemakaian :
Terlebih dahulu tentukan ukuran diafragma yang akan dipakai, dengan mengukur jarak anatara simfisis bagian bawah dan forniks posterior dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah dokter. Kemudian diterangkan anatomi genital bagian dalam wanitadan dijelaskan cara pemasangannya. Pinggir mangkuk dijepit diantara ibu jari dan jari telunjuk dan diafragma dimasukkan ke vagina sesuai dengan sumbunya.
Setelah selesai pemasangan, akseptor harus meraba dengan jarinya bahwa porsio services uteri terletak diats mangkuk, pinggir atas diafragma di forniks vagina posterior dan pinggir bawah di bawah simfisis. Pemasukkannya dapat dalam posisi tidur terlentang dengan kakai dibengkokkan ke dalam lutut dan kakai terbuka sedikit, dalam posisi berjingkok atau dalam posisi berdiri dengan satu kaki ditinggikan.
Setelah diapakai diafragma vaginal dicuci dengana ir dan sabun dingin sampai bersih, lalu dikeringkan dengan kain halu dan kemudian diberi bedak. Diafrgma disimpan dan tidak boleh kena panas.
b) Cervical Cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastic berbetuk mangku yang dalam dan pinggirnya dari karet yang tebal. Cap ini dipasang di porsio services uteri seperti memasang topi. Namun, alat ini sudah jaang dipergunakan.
D. Kontrasepsi dengan obat-obatan spermatisida
Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri dari 2 komponen., yaitu zat kimiawi yan g mamapu mematikan sperma ( biasanya nonilfenoksi polietanol ) dan vehiculum yang non aktif berupa tablet, busa, agar, atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dengan sperma makin tinggi efektivitas obatnya. Tablet busa atau agar dimasukkan kedalam vagina, dekat serviks. Gerakan-gerakan senggama akan menyebarkan busa meliputi serviks., sehingga secara mekanis menutupi ostium uteri eksternum dan mencegahnya masuknya sperma ke dalam kanalais servikalis. Efek sampingnya berupa reaksi alergi dan rasa tidak enak.
a) Suppositorium : suppositorium diamasukkan sedalam mungkin kedalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjnanya 20 menit sampai satu jam.
b) Jelly atau crème : gel lebih encer dari krem. Obat in I disemprotkan ke dalam vagina. Lama kerjanya 20 menit - 1 jam.
c) Tablet busa :sebelum digunakan tablet dicelupkan dulu ke dalam air, kemudian diamsukkan ke vagina sejauh mungkin, lama kerjanya 30-60menit.
d) C-film : benda yang tipis, dapat dilipat dan larut dalam air. Dalam vagina obat ini gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat ini mulai efektif setelah 30 menit.
Daya guna teoritis adalah 3 kehamilan per 100tahun-wanita, daya guna pemakaian 30 kehamilan per 100 tahun-wanita. Hal-hal yang berpengaruh antara lain kesalahan dalam praktek sperti krim atau agar terlalau sedikit, pembilasan vagina dalam 6 – 8 jam sesudah senggama, dsb.
1.2.5. Kontrasepsi Hormonal
a) Pil kombinasi
b) Pil sekuensial
c) Mini-pil
d) Postcoital contraception
e) Obat suntikan ( Depo provera )
f) Amenorea sesudah minum pil
g) Norplant
1.2.6. Kontrasepsi intra uterine : AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
AKDR adalah memasukkan benda ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Mekanisme kerjanya belum diketahui pasti. Tidak diketahui secara pasti AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, akan memicu aktivasi lisosom dan peradangan yang bersifat spermisidal dan dengan sebukan leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
Secara umum AKDR terdiri dari 2 jenis, jenis yang secara kimiawi inert terdiri dari bahan tidak diserap, terutama polietilen dan dibubuhi oleh barium sulfat agar radioopak. Pada AKDR yang aktif secraa kimiawi, terjadi elusi tembaga atau zat progestasional secara terus- menerus.
AKDR yang diliputi kawat tembaga mungkin memiliki mekanisme kerja yang berlainan. Kawat tembaga dalam konsentrasi kecil dikeluarkan ke dalam rongga uterus menimbulkan reaksi radang seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi pasasi sperma.
Mekanisme lain yang mungkin bekerja adalah mempercepat motilitas tuba yang diperkirakan timbul dari respon peradangan uterus. Endometrium juga menjadi sangat tidak ramah terhadap implantasi sekalipun pembuahan dan transport tuba sudah terjadi. Pada pemakai prostagert jangka panjang dapat terjadi atrofi endometrium.
Pembuahan kemungkinan dapat dicegah oleh efek spermisidal dan percepatan transport ovum melaui tuba falopi atau keduanya. AKDR yang mengandung progestinmengkin menganggu penetrasi sperma melewati mukus serviks yang mengental.
Daya guna teoritis,1-5 kehamila per 100 tahun-wanita. Kegagalan lebih rendah pada AKDR yang menggunakan tembaga.
Cara pemasangan AKDR :
a) Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau hari terakhir haid. Keuntungan pemasan gan AKDR pada waktu ini adalah : pemasangan lebih mudah karena serviks lebih terbuka dan agak lembek, nyeri agak kurang, perdarahan yang timbul sedang tidak dirasakan, kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang hamil tidak ada.
b) Sewaktu postpartum
1. Secara dini ( immediate insertion ) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung ( direct insertion ) yaitu AKDR dipasang masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung ( indirect insertion ) yaitu AKDR dipasang sesudah masa tiga bulan sesudah partus atau abortus. Atau pemasangan disaat yang tidak ada hubungannya dengan partus atau abortus.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan seminggu setelah partus sebaiknya ditunda setelah minggu keenam atau kedelapan postpartum karena jika dilakukan dalam minggu ke-2 samapai minggu ke-6 setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
c) Sewaktu postbortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi adalah waktu paling ideal. Tetapi septic abortion merupakan kontraindikasi.
d) Beberapa hari setelah haid terakhir
Tekhnik pemasangan AKDR :
IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam. IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus menstruasi. Pada pemasangan IUD post plasenta, umumnya digunakan jenis IUD yang mempunyai lilitan tembaga yang menyebabkan terjadinya perubahan kimia di uterus sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur. Efektivitasnya sangat tinggi. Tiap tahunnya hanya 3-8 wanita mengalami kehamilan dari 1000 wanita yang menggunakan IUD jenis Copper T 380A. Kejadian hamil yang tidak diinginkan pada pasca insersi IUD post plasenta sebanyak 2.0 - 2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan setelah pemasangan. Setelah 1 tahun, penelitian menemukan angka kegagalan IUD post plasenta 0.8 %, dibandingkan dengan pemasangan setelahnya.11
Berikut adalah beberapa keuntungan pemakaian IUD:
1. Langsung bisa diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan kesehatan
2. Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui
3. Aman untuk wanita yang positif menderita HIV
4. Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan
5. Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %
6. Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi 1150 sampai 3800 wanita
7. Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural
8. Sedikit kasus perdarahan daripada IUD yang dipasang di waktu menstruasi.
Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan, tenaga kesehatan yang memasang, dan teknik pemasangannya. Waktu pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan teknik pemasangan sampai ke fundus juga dapat meminimalisir kegagalan pemasangan.12
Efek samping dan komplikasi yang dapat timbul pada pemasangan IUD antara lain:11
- Efek samping umum terjadi berupa perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit4,7
2. Ekspulsi
Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita pada tahun pertama setelah pemasangan. Angka kejadian ekspulsi setelah post partum juga tinggi, pada insersi setelah plasenta lepas kejadian ekspulsi lebih rendah daripada pada insersi yang dilakukan setelahnya. Gejala ekspulsi antara lain kram, pengeluaran per vagina,spotting atau perdarahan, dan dispareni.
3. Kehamilan
Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post plasenta terjadi antara 2.0-2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan. Setelah 1 tahun, studi menyatakan angka kegagalannya 0,8 % dibandingkan dengan pemesangan IUD saat menstruasi.
4. Infeksi
Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai 1,1 %.
5. Perforasi
Perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi 1150 sampai 3800 wanita.
Kontraindikasi pemasangan IUD antara lain:11
1. Ruptur membrane yang lama (lebih dari 24 jam)
2. Demam atau ada gejala PID
3. Perdarahan antepartum atau post partum yang berkelanjutan setelah bayi lahir
4. Gangguan pembekuan darah, misal DIC yang disebabkan oleh pre eklampsi atau eklampsi
5. Perdarahan pervagina yang belum diketahui sebabnya
6. Penyakit tropoblas dalam kehamilan (jinak atau ganas)
7. Abnormal uterus
8. Adanya dugaan kanker uterus (TBC pelvic)
9. AIDS Tanpa Terapi Antiretroviral